• Twitter
  • Facebook
  • Google+
  • RSS Feed

Monday, August 9, 2010

Melihat berita TV ada kasus bunuh diri pasangan selingkuh di Pantai Ngeliyep, Malang membuat saya teringat perjalanan kami menuju pantai itu. Agustus 2010,keberangkatan saya dan rekan rekan Santos kost berlibur ke Malang. Dengan 2 mobil kami bersebelas bukan hendak main sepakbola namun ingin mengisi waktu liburan semester kami. Perjalanan kami melewati jalan Daendels yang melegenda itu tanpa satupun dari dari kami yang mengetahui arah ke kota Malang.

Sudah lupa kota mana saja yang kami lewati waktu itu, dikarenakan tulisan ini dibuat jauh setelah perjalanan itu berlalu. Awalnya kami berencana , melewati jalur utama agar bisa cepat sampai di kota Malang. Namun ada satu celotehan dari teman kami yang berkata bahwa salah satu kota di jalur utama ini banjir. Jadi mau tak mau kami pun mencari jalur alternatif, bukannya malah cepat sampai tetapi kami malah nyasar ke daerah asing hingga bahan bakar mobil kami menipis (terpaksa ngecer karena tak nampak SPBU).

Berlalu jauh dari nyasar tersebut kami sampai di kota Nganjuk....he..he..jadi ingat lagu dangdut campursari bertitleAlun – Alun Nganjuk” jelas saja kami berfoto di sana. Satu lagi kota yang kami lewati dan kami mampir untuk makan malam yaitu Madiun, sholat di masjid yang bagus dan makan penyet ayam mahal disana (sekali – kali tapi kok bikin bangkrut). Perjalanan berlanjut, hampir tengah malam kami takjub melihat kemegahan Monumen Nasional Gumur yang mirip dengan bangunan megah di Perancis (lupa namanya). Kabar buruk kami dapati, katanya jembatan yang menuju lansung ke Malang putus. Percaya ga percaya nih kami sedikit stress memikirkan hal itu. Terpaksa kami memutar lewat Mojokerto, namun kami istirahat tidur dulu di SPBU megah di kota Mojokerto.

Singkatnya kami sampai ke kota Malang, namun sebelumnya kami ke Batu dulu ke taman wisata Selecta. Perjalanan ke sana sedikit gila karena melewati punggung bukit dengan jalan yang sempit, hutan belantara serta harus simpangan dengan kendaraan proyek. Perjalanan selanjutnya setelah Selecta adalah kebun apel tapi sayangnya apelnya masih muda (rencananya sih mau petik sendiri). Alun – alun Malang jadi mangsa selanjutnya, di tengah perjalanan kami sempat bertemu dengan rombongan Singo Edan (suporter Arema) yang hendak mendukung kesebelasannya melawan Persebaya. Di alun-alun kota itulah kami bimbang, hendak kemana setelah ini rencana ingin ke Bromo tapi uang tipis dan jauh. Kami pun bertanya ke pusat informasi wisata di alun alun tersebut. Yang terpilih selanjutanya adalah Pantai Ngeliyep di selatan Malang, di sana kami hendak camping bermalam.

2 jam perjalan dari pusat kota, sulit membayangkan perjalanan menuju pantai Ngeliyep tersebut. Pada intinya ngeriii Gan...Setelah habis kota dan masuk ke daerah Ngeliyep kami langsung disambut jalanan rusak berbukit tanpa penerangan. Sempat berprasangka buruk karena setelah melewati pintu masuk objek, sangat sepi tak ada tanda kehidupan. Kami sempat berhenti dan mencari orang untuk ditanyai, untung ada mobil dari lawan arah dan merekan berkata “Lurus saja Mas, nanti belok kanan”. Ternyata ada banyak warung....haa..haaa....Obyek wisata ini ternayata sangat tertata, ada petugas jaga, penginapan dan fasilitas lain. Meski penerangan kurang tetapi hal itulah yang membuat tantangan. Camping pun dimulai bakar jagung, ngopi, makan mie instan tentunya, dan tidur diiringi deru ombak yang bikin saya ngeri.....

Paginya, Subhanallah.....pemandangan hebat dari berbagai sisi pantai yang dikelilingi tebing. Di sana ada juga Gunung Kombang, sebenarnya bukan gunung hanya bukit yang berada di pantai yang di puncaknya ada tempat ritual suatu aliran. Pada intinya ucapan terimakasih saya ucapkan pada Mas Novi dan Makmun yang sudah bersedia meminjami mobil dan menyetirinya sendiri, kalau saja saya bisa nyetir sudah tak bantu (Iki dudu pidato). Perjalanan pulangnya ga usah diceritakan, panjang nanti jadi 7 episode.......

 
© 2012. Design by Main-Blogger - Blogger Template and Blogging Stuff