• Twitter
  • Facebook
  • Google+
  • RSS Feed

Wednesday, January 19, 2011

Puncak Ungaran via Jimbaran #4 with GAMATEPENINE

5 comments:
 

Empat kali sudah saya mendaki ke puncak Gunung Ungaran via Jimbaran. Hampir hafal setiap sudut tikungan yang ada. Tapi kali ini saya bersama teman – teman dari Teknologi Pendidikan UNNES 2009 yang ingin sekali mendaki gunung. Mereka adalah Adit, Tunggal, Suko,Bagus, Agus, Riyanto, Purwanto dan ladies of the journey adalah Diah dan Fitri. Kami berangkat hari Sabtu, 4 November 2010.
Banyak cerita dan sebelum kami berangkat mulai dari penentuan hari berangkat, persiapan peralatan hingga kebiasaan molornya waktu. Dari parkiran gedung A UNNES kami berangkat menuju rumah teman kami Suko (Koko) di desa Nyatnyono, Ungaran perjalanan sekitar 30 menit. Pada waktu itu masih heboh hebohnya erupsi merapi, bahkan sampai juga abunya ke Ungaran. Di rumah teman Koko kami disuguhi berbagai macam makanan ringan dan minuman, alhamdulillaaahhh......Perjalanan berlanjut dengan menggunakan mobil mini van merah yang lumayan sesak untuk kami tempati. Tujuan selanjutnya adalah Pasar Jimbaran waktu tempuh dari desa Nyatnyono sekitar 1,5 jam, pake mobilnya mogok ga kuat nanjak dan terpaksa dorong..he..he...
Sampai di Pasar Jimbaran dan kami masuk ke gang mawar, setelah nanjak sekitar 300 meter ada juga yang ketinggalan. Minuman penghangat, kata Koko dan Adit, mereka ijin untuk turun sebentar beli yang 0% itu..tu...tapi maaf saya ga doyan. Setelah mereka berdua ngos..ngosan balik nanjak, perjalanan kami lanjutkan ke Desa Kluwihan atau Umbul Sidomukti. Perjalanan dari start awal nanjak kami sekitar 1 jam, maklum banyak yang belum terbiasa jadi jalan pun padat merayap. Rencana di Kluwihan kita mau sholat Ashar dulu, tapi ketika sampai di sebuah masjid yang lumayan besar pintunya malah tertutup. Waahh, kacau....sembari melepas lelah kami terpaksa istirahat di masjid itu. Tentu saja ga ketinggalan foto-foto.....
Perjalanan kami lanjutkan setelah 15 menit istirahat, dan tujuan selanjutnya langsung Pos I (Mawar) nanti disana kita akan isoma Ashar. Habis Desa Kluwihan kami dihadapkan track menanjak tanah berbatu dengan kanan kiri sawah sejauh sekitar 1 km sebelum kita sampai di Padepokan Karyatani Sidomukti, waktu tempuh 45 menit tersiksa raga...he.he..Sampai di Padepokan Karyatani kami istirahat cukup lama sekitar 20 menit, sembari bertanya –tanya kepada penduduk lokal untuk tahu keadaan sekitar. Dari padepokan tersebut kami lanjut menyusuri jalan dengan batu susun ke Pos Mawar. Dari kejauhan asap bakul gorengan udah kelihatan. Sampai di Pos I Mawar kami langsung berisitirahat dan sholat ashar dulu. Saya pun menyelesaikan urusan administrasi Rp 2000/ gundul, biasaaa.....tiket. Sejenak merefresh ingatan saya pun meminta Koko untuk memfoto peta Gunung Ungaran di buku tamu.
Tujuan selanjutnya adalah Base camp Pak Man di Dusun Promasan, rencana sih mau mandi di pemandian Candi Promasan malem malem.....(jarene biar tambah ganteng). Perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri kawasan hutan pinus yang cukup lebat dengan kondisi jalur yang menanjak dan menurun. Selanjutnya akan dijumpai sungai kering kembali menanjak. Kita akan menemukan beberapa percabangan ikuti saja jalur yang paling lebar. Jalur berikutnya landai menyusuri tepian kali kecil di sebelah kiri jalan setapak namun debit airnya cukup deras meskipun di musim kemarau, sedangkan di sebelah kanan jalan setapak adalah jurang yang sangat dalam. Sehingga pendaki harus berhati-hati untuk tidak berjalan terlalu ke kanan.
Sekitar 30 menit perjalanan menyusuri kali sampailah kita di air terjun kecil yang menggoda kita untuk segera mandi menyegarkan badan. Beristirahat sejenak di lokasi sumber air ini sambil mendengarkan irama percikan air terjun yang dikelilingi rimbunnya hutan gunung Ungaran membuat kita semakin menyatu dengan alam.
Dari air terjun perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kearah kanan dengan track yang menanjak dan kembali agak landai. Melintasi kawasan hutan sejauh 1 km akan mengantarkan kita ke perkebunan Sikendil. Di lokasi perkebunan kopi ini terdapat pondok dan bak penampungan air yang menyerupai kolam renang.
Terdapat percabangan jalan, kekiri adalah menuju puncak sedang lurus adalah jalur menuju Babadan, Ungaran. Jalan agak menanjak hingga kemudian mendatar untuk menuju pertigaan yang merupakan jalur ke puncak. Di ujung jalan datar, kita sampai dipertigaan si kendil, sebuah percabangan di perbatasan antara kebun kopi si kendil milik PTP dengan perkebunan teh milik PT Astra. Jangan seperti kami, kami malah lurus ke arah Babadan alias nyasaaarrrr,,,,, untung ga kami lanjutkan dan kembali.
Singkatnya kami sampai di Dusun Promasan tepat sebelum hujan deras. Cukup dengan 5000 rupiah per gundul kami bisa tidur dan makan sepuasnya di Base Camp Pak Man. Nasi, gorengan, teh anget, sayur, cukup mengisi perut kami malam itu. Jam 2 pagi kami akan lanjut naik ke puncak. Perjalanan ke puncak kami dihiasi hujan rintik2 yang bikin segerrrr….. Setelah keluar dari Promasan banyak petunjuk menuju puncak jadi kami sedikit lega. Selama perjalanan ke puncak banyak canda yang terceloteh dari mulut kami. 2 jam berlalu kami pun hampir sampai puncak dengan track berbatu batu besar yang licin sehabis hujan. Sedikit molor dari perkiraan, 45 menit bergelut dengan batu sampailah kami di puncak.
Di puncak dengan kamera ala kadarnya 1,2 mpx dan 2 mpx kami pun berpuas2 diri dengan berfoto, namun sebelumnya ada konflik baterai yang habis. Untung saja saya bawa BL5C sebanyak 3 buah,,,,he…he…Seperti biasa, di puncak kami bertemu dengan rekan seperjalanan Mas Mas dari UKSW.”Turun ke Gedong Songo ya….”ujarnya mereka. Setelah makan mie instant rebus 5 buah bersama, kami pun siap turun.
Belum apa2 baru turun 50 meter dari puncak, saya sudah terpleset jatuh karena sandal japit yang licin. Pertanda buruk bila sandal jepitku tidak bisa mengatasi medan..he..he…Dan ternyata benar, sepanjang perjalanan turun ke Gedong Songo kami pun bergelut dengan lumpur dan batu yang licin. Kami jatuh bangun sepanjang perjalanan, bahkan ada tabrakan beruntunnya juga…... Gara – gara 1 orang jatuh pula 7 orang lainnya….Saya dan Adit pun tertinggal jauh di belakang karena prinsip kami “Sluman slumun sing penting slamet”.
Sejenak melupakan perjalanan di atas, sampai di Gedong Songo kami bersih kemudian makan siang dengan menu soto dan nasi pecel plus gorengan. Tapi yang tidak kalah laris adalah sandal jepit saya, bawa 3 pasang semuanya laku dipakai dan sampai sekarang tak kembali. Tapi saya ikhlas karena sandal itupun sandal bekas dan tak ada artinya dibanding perjalanan kali ini.
To All My Friends, Thanks for The Journey 2050 mdpl

5 comments:

 
© 2012. Design by Main-Blogger - Blogger Template and Blogging Stuff