• Twitter
  • Facebook
  • Google+
  • RSS Feed

Monday, June 28, 2010



Minggu, 30 Mei 2010 pagi itu kami anggota Bike to Campus UNNES berkesempatan mengikuti acara sepeda’an ke Borobudur yang diadakan oleh club SAMBA.

Pagi itu jam 5 pagi,kami harus sudah berkumpul di markas (kami menyebutnya), meski hanya di pinggir jalan depan bengkel. Saya, Mas Waruto, Anjar, dan Dika sudah bersiap untuk gowes ke bawah ke rumah dinas Rektor. Sangkaku hanya kami berempat yang berangkat, namun Mas Anjar berkata “Ngko dhisik iki jeh ngenteni Orchid karo rombongane Pak Osa” (Nanti dulu ini masih menunggu Orchid dan rombongannya Pak Osa). Orchid teman ceweknya Mas Anjar anak FBS dan Pak Osa asdos olahraga dan rombongannya yang merupakan mahasiswa pascasarjana. Padahal aku sudah tak sabar untuk segera berangkat (maklum pengalaman pertama gowes ke Borobudur), tapi tak apa semakin ramai semakin semangat.

Baru sekitar jam 6 kurang rombongan kami turun, perjalanan yang singkat menuruni gunungpati. Ya karena masih pagi dan jalanan masih sepi jadi kami bisa langsam turun, ngebut.....Jarang – jarang turun sepagi ini, udara segar disertai keringat, luar biasa rasanya.....Dalam perjalanan menuju rumah dinas rektor tak ada yang istimewa kecuali cewek – cewek yang hilir mudik, lumayan tombo ngantuukk......

Sesampainya kami di rumah dinas rektor ternyata rombongan sudah siap berangkat, semua sepeda sudah naik ke atas pick up. “Waaha...bahaya ki nek ga ndang tak unggahke sepedaku, iso iso ra kumanan nggon (waaha,, bahaya ni kalau ga segera tak naikkan sepedaku, bisa bisa ga kebagian tempat),” pikirku. Seketika sepedaku langsung kunaikkan ke atas pick up putih dan menyusul sepeda rekan – rekan lainnya. Tenang rasanya sepeda dah naik, tapi kok ada yang kurang yaitu sarapan pagi. Melihat Pak Satpam membawa kotak karton putih dan yang lainnya menyantap nasi dari kotak itu rasanya jadi lapar. Perkiraanku mungkin itu hanya bagi Satpam dan Dosen tapi ternyata kami juga kebagian.....alhamdulillah....... Belum selesai sarapan kuhabiskan tiba – tiba ada panggilan untuk kumpul, nasib...nasib....

Selesai mendapat pengarahan dari Pak Sastro (Rektor), kami pun berangkat tak lupa sarapanku yang belum habis kubawa juga. Singkatnya dalam perjalanan ada sedikit hambatan berupa macet dan kami terpaksa harus duduk bergantian karena kursinya penuh. Rencana kami akan ada yang turun di kota Secang dan mulai gowes dari sana, tapi aku milih enaknya aja start dari alun – alun Magelan aja karena kondisi sepeda ga mumpuni. Sepanjang perjalanan dari Ungaran hingga Magelan kami melihat rombongan sepeda yang hendak ke Borobudur seakan beringingan tak putus, meski track jalanan yang kejam ketika sampai di Ambarawa namun mereka tetap gowes. Luar biasa, mereka kebanyakan mengendarai sepeda balap road yang tergolong ringan. Salut buat mereka......

Start dari alun – alun Magelang saya kira cuma hanya tinggal beberapa kilometer saja ke Borobudur, ternyata masih lumayan juga sekitar 20-30 km lagi. Hebatnya, Pak Masrukhi (Pembantu Rektor III) yang rencananya gowes ketika masuk area Borobudur ternyata ikut gowes dari alun – alun. Nasib malang menimpaku karena sepeda adalah sepeda cross XC dengan ban pacul 26x3.55 tak kuasa melawan sepeda roadhybrid rekan – rekan dengan roda 27x2.50. Sedikit menghela nafas mampir dulu diSPBU sambil BAK, ditinggal rombongan pertama tak apa. Terpaksa gowes sendirian menikmati panorama, biar seperti bocah ilang yang penting keren. Dan aku bukan orang terakhir yang sampai di Borobudur, ternyata rombongan dari Pak Djon (Dekan FIP) masih ada di belakang. Sedikit masih bisa membusungkan dada meski nafas senin – kamis.

Acara di sana tak begitu menarik, cuma foto – foto sambil menikmati megahnya Borobudur serta menunggu acara penanaman 1000 pohon di Borobudur selesai. Yang paling menarik di acara ini adalah makan siangnya, menu spesial ayam goreng gratis pula dan yang paling penting bisa nambah....he..he... Tapi yang paling tak boleh ketinggalan adalah sesi foto – fotonya, sempat berfoto dengan rekan – rekan dari perkumpulan lain namun kami merasa seperti kenal akrab mungkin karena kesamaan hobi.

Seusai acara ternyata ada rencana yang sedikit membuat dahiku mengkeryit yaitu para satpam dan teman- teman mahasiswa pengen gowes dari Borobudur ke Semarang. Dalam benak cuma ada tanjakan....tanjakan..tanjakan..dan tanjakan....karena kondisi sepeda dan dengkul yang ga memungkinkan terpaksa aku absen dalam misi itu. Pulang naik bis wae lah, terpaksa harus mau dititipi sepeda lipatnya Mas Anjar, dan tas dari teman lainnya. Wis ra opo opo (Dah ga apa apa) yang penting besok kuliah dengkul ga menjerit. Diperjalanan adapula rencana dadakan dari para sesepuh, mereka pengen drop di alun – alun Ungaran dan gowes sampai di UNNES. Waaahh apes, dari Ungaran ke UNNES masih ada sekitar 5-6 tanjakan dan 2-3 diantaranya punya kemiringan 45 derajat dengan tinggi sekitar 15-17 meter, curam Om.....

Tapi tetep kalau aku tetep milih enaknya yaitu naik pickup ma sepeda – sepeda wae....sampai ke UNNES ditemani 2 rekan lainnya...hee..hee....Maaf saja bagi rekan – rekan yang nggowes saya hanya bisa membantu dengan doa. Sampai di Rektorat kami menurunkan semua sepeda dari pick up, dan terpaksa menunggu rombongan lain datang. Kloter pertama Mas Anjar dan para Satpam sekitar jam 7 sampai di UNNES, anehnya kloter kedua yaitu Mas Wartono hanya sendirian sampai sekitar jam 9 malam. Dia bercerita kalau sepedanya rusak dan terpaksa ditinggal rombongan, tapi kuakui dengkulmu memang istimewa ga pake telor Mas......

Semoga kebersamaan kami bisa terus berlanjut dan mungkin akan menjadi kenangan hebat bagi kami semua......Terimakasih teman – teman Bike to Campus UNNES, The Satpams, The Dekans, The Dosens, The Pejabats.................



Berdasarkan fungsinya, hutan dibagi menjadi hutan konservasi, hutan lindung, dan hutan produksi. Hutan konservasi merujuk pada hutan dengan ciri khas tertentu yang mempuntai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan, satwa, serta ekosistemnya. Hutan lindung merupakan kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok melindungi sistem penyangga kehidupan guna mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.

Sedangkan hutan produksi terbagi menjadi hutan alam produksi dan hutan tanaman. Di hutan alam produksi, tanamannnya tumbuh secara alami. Sementara hutan tanaman berisi tumbuhan monokultur, tempat proses regenerasi tanaman atau kegiatan penanaman yang dilakukan oleh pengelolanya.

Nah, untuk mengubah hutan tanaman menjadi hutan lindung ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilannya. Apalagi jika hutan tanaman yang akan dijadikan hutan lindung sudah tidak ada lagi yang bervegetasi alami. Walaupun sesungguhnya, nilai dari hutan lindung tidak hanya dilihat dari sisi keanekaragamannya dan keaslian vegetasinya saja. Tapi juga fungsi pokok hutan lainnya.

Penetapan kawasan hutan lindung yang paling bagus adalah dengan metode manajemen biodiversity. Yaitu pengelolaa hutan lewat survei pada setiap perwakilan tipe vegetasi dan perbedaan elevasi yang ada di kawasan hutannya (terutama pada hutan yang kondisi tanamannya homogen). Survei dilakukan untuk dasar utama dalam proses penetapan kawasan hutan lindung.

Perlu juga diperhatikan aspek luas, bentuk, gradien ekosistem, koridor, keterwakilan, dan penggunaan lahan dekat dengan areal konservasi. Biasanya semakin luas wilayah hutan lindung semakin baik fungsi kawasan tersebut. Sebab areal yang luas akan mendukung banyak kehidupan spesies dan populasi yang lebih besar. Bentuk kawasan hutan lindung yang ideal adalah cenderung bulat seba efek tepi atau edge effect pada bentuk bulat dapat diminimalkan.

Suksesi alami

Kondisi kawasan hutan lindung yang bagus adalah kawasan yang memiliki keanekaragaman jenis flora dan fauna tinggi. Jika tingkat keanekaragamannya kecil, pengelola tidak perlu melakukan penggatian dengna tanaman jenis rimba campur, karena hal itu bisa merusak fungsi ekologis kawasan hutan ynag sudah terbentuk.

Setiap kawasan hutan homogen atau hutan kritis memiliki kemampuan melakukan proses suksesi alami menjadi hutan alam. Namun, proses regenerasi alami itu hanya dapat terjadi apabila tidak mendapat gangguan dari masyarakat. Proses regenerasi alami membutuhkan waktu lama.

Contoh kawasan hutan tanaman yang berhasil mengalami suksesi alami menjadi hutan alam kembali adalah cagar alam Pagerwurung di Desa Darupono, Kecamatan Kaliwungu Selata, Kendal, yang berada di bawah pengelolaan BKSDA Jawa Tengah. Tadinya kawasan ini adalah hutan tanaman jatiyang dibiarkan mengalami proses suksesi sendiri. Proses suksesi ini lebih dari 100 tahun. Keberhasilan suksesi alam karena lokasi ini tertutup untuk masyarakat.

Proses suksesi alami pada puncak gunung biasanya lebih berhasil, karena kondisi lapangan yang sulit untuk dimasuki oleh manusia. Pada suksesi alami, kendala paling besar adalah lamanya proses yang dibutuhkan. Untuk mempercepat proses itu, perlu adanya rekayasa habitat, dilakukan dengan campur tangan pengelola hutan. Caranya lewat pengayaan jenis vegetasi dengan jenos rimab campur dab vegetasi sumber pakan satwa.

Rekayasa habitat harus diikuti penjagaan keamanan kawasan hutan dari berbagai “bahaya”. Salah satu bahaya terbesar adalah ancaman masyarakat atau penduduk yang tinggal di sekitar hutan. Jadi, peran masyarakat di sekitar hutan dalam menjadi kelestarian hutan dan pengelolaan kawasan hutan lindung sangat berpengaruh terhadap suksesnya program suksesi alami. (SU/Intisari)


Para penggemar hasta karya dari tumpukan kartu poker/remi pasti mengenal Bryan Berg. Ya arsitek asal Lowa berumur 35 tahun itu pada 10 Maret lalu genap 10 kali memecahkan rekor Guinness pembuatan bangunan dari susunan kartu remi.

Replika hotel Venesia, Macau, Cina, diselesaikan setelah Berg bekerja selama 44 hari. Bangunan itu tersusun dari 218.792 lembar kartu.

Master tamatan Harvard Graduate School of Design itu awalnya membuat aneka bangunan dengan kartu yang dilekatkan dengan lem. Kemudian ia juga membuat dari kartu kunci hotel, kartu mahjon Cina, dsb. Tapi kemudian ia mengkhususkan diri dengan penyusunan kartu remi tanpa perekat. Pada usia 17 tahun, 1992, ia telah berhasil menciptakan replika rumah dari kartu setinggi 4,67 m, merupakan bangunan kartu tertinggi waktu itu. Lama – lama prestasinya bertambah dengan miniatur almamaternya, Lowa State University, setinggi 7,62 m.

Rekor – rekor berikut masih menanti saya,“ katanya setelah menyelesaikan miniatur kasino terbesar di Macau itu. (MSN/SL/Intisari)


Sebuah pabrik celana dalam Australia pada awal Maret lalu mengeluarkan edisi terbaru celana dalam pria. Bahannya agak mengejutkan, yakni campuran 27% serat pisang, 64% kapas, dan 9% lycra.

“Hasil percobaan kami membuktikan, serat pisang tak hanya ringan, tapi juga memiliki daya serap tinggi,” kata Lloyd Jones dari AussieBum, pabrik pembuat celana dalam itu. “Selain itu juga ketat melindungi bagian yang harus dilindungi, meski daya serapnya tinggi.”

Tentu saja, setelah jadi, celana dalam itu tak lagi beraroma pisang. Para monyet tampaknya harus mencari sumber pangan lain karena makin banyak pisang berubah jadi celana dalam. (Y/R/SL/intisari)

 
© 2012. Design by Main-Blogger - Blogger Template and Blogging Stuff