Pada sekitar tahun 2007, Pemda Lomtim (Lombok Timur) mensyaratkan pasangan yang mau melakukan pernikahan di Kantor Urusan Agama (KUA) untuk menyerahkan dua batang bibit siap tanam. Menurut Bupati, pada awalnya program ini berjalan dengan sukses. Namun, menurut Bupati saat ini gerakan tadi sudah mulai kurang greget. Oleh karena itu, gerakan tadi akan digalakkan kembali. Bahkan Gubernur NTB KH. Zainul Majdi tidak hanya meminta dua batang bibit, tapi empat.
Tak hanya urusan kawin yang kudu menyiapkan pohon. Bayi yang lahir-pun harus ditandai minimal dengan penanaman satu pohon, “Orangtua si bayi harus menanam pohon mahoni atau sukun. Lima atau sepuluh tahun kemudian hasilnya bisa dipakai untuk biaya sekolah anak-anak, “kata Sukiman (Bupati Lomtim)”.
Upaya penghijauan juga dilakukan melalui anak sekolah. Bupati Lomtim mengaku telah menerima sumbangan 200 kg bibit pohon trembesi yang bisa menghasilkan ratusan ribu pohon. Setelah dibiakkan, setiap siswa dari tingkat SD hingga SMU akan satu memperoleh bibit tre
mbesi. “Di Lombok Timur ada sekitar 200 ribu anak sekolah. Jadi sekitar 200 ribu pohon akan hidup di masa depan, ”kata dia”.\
Jadi, kalau di Jawa sempat ada pepatah banyak anak banyak rejeki maka di Lombok banyak anak berarti makin banyak lahan hijau. (Yds-Intisari)
Mulakno wong Jowo kuwi ojo manak wae.....Mbok yo mikir kanggo urip suk mbiyen barang..... (dalam Bahasa Indonesia “Makanya orang Jawa jangan beranak terus.....Seharusnya mikir untuk hidup di masa depan.....”
No comments:
Post a Comment